ANGKLUNG
PAK ENDUT MARJANA
Nama lengkapnya adalah
Endut Marjana, lahir di Subang Purwakarta pada tanggal 06 Mei 1937. Menempuh
pendidikan SR (Sekolah Rakyat) pada tahun 1941 dan sempat tidak selesai karena
dalam masa penjajahan. Ketika masa
penjajahan selesai, beliau dibiayai oleh pemerintah selama tujuh tahun untuk
sekolah sebagai calon Guru SGB (Calon Guru SD) dan SGA (Calon Guru SMA).
Setelah lulus sekolah Guru, Pada Tahun 1968 beliau diangkat sebagai Kepala
Sekolah.
Pria yang humoris ini
diberikan julukan oleh teman-temannnya sebagai si “Tangan Emas”, karena berkat
tangannya yang terampil dalam membuat berbagai macam kerajinan seperti alat musik
angklung dan kursi yang berbahan dasar bambu. Pada tahun 1982, beliau pernah
memberikan penataran membuat angklung dan suling di 16 kecamatan di Kabupaten
Kuningan. Tidak hanya itu, laki-laki mantan kepala sekolah ini juga mahir
memainkan angklung dan suling, serta sering pentas di sekitar kawasan Cigugur
bersama kawan-kawannya. Dari keahliannya dalam mengolah “congo awi” itu, beliau
bisa menyekolahkan enam orang anaknya sampai lulus sarjana, dua menjadi guru,
dua arsitek, satu insinyur, dan satu lagi manager.
Dari sebuah tempat
bernama “Pagupon Rema Berlian”, Pak Jana menghasilkan angklung, suling, kursi,
dan berbagai produk kerajinan lain yang terbuat dari bambu. Saung “Pagupon Rema
Berlian” yang artinya saung yang bermodalkan tangan yang dapat menghasilkan
uang ini beralamat di Jalan Rumah Sakit Sekarkamulyaan (Cigugur) Kuningan-Jawa
Barat, sebelah kiri Gereja Khatolik nomor 3.
Pria berkulit sawo
matang ini, mulai bisa membuat angklung, suling, dan kursi, serta produk
kerajinan lain dari bambu pada tahun 1968. Berawal dari rasa tertarik melihat
orang memainkan Angklung dan Suling, akhirnya Pak Jana belajar memainkan
angklung dan suling kepada Pa Daeng Soetigna yang tidak lain adalah orang yang
pertama membuat Angklung, dan beliau juga asli dari Kabupaten Kuningan-Jawa
Barat. Setelah bisa bermain angklung dan suling Pak Jana tertarik untuk mencoba
membuat angklung. Awalnya hanya coba-coba, tapi kemudian karena hasilnya bagus,
maka beliau mencoba memproduksinya.
Dalam satu hari beliau bisa menghasilkan dua
paket angklung. Proses pembuatannya dimulai dari pemilihan bambu yang harus
“sadapur” dan sudah siap pakai, penjemuran yang memakan waktu selama satu
tahun. Setelah melewati proses itu, angklung baru siap dibuat. Angklung yang
dibuat Pak Jana terdiri dari tiga jenis, Pentatonis (yang bisa dimainkan),
Diatonis (hiasan atau miniatur), Kromatis, dan Naturel (biasa). Dalam satu set
angklung ada 15 nada dua oktaf yang berjenis Naturel. Dulu harganya satu nada
25.000 X 15 = Rp. 135.000/set. Sedangkan untuk harga sekarang satu nada 60.000
X 15 = Rp. 650.000/set. Mengenai daerah pemasaran Angklung buatannya, Pak Jana
mengatakan bahwa angklung buatannya dipasarkan di sekolah-sekolah yang ada di
Kabupaten Kuningan, Jerman, Amerika, Pasuruan Jawa Timur, Padang, dan Barabey
Kalimantan Timur.(Unang Nurasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar